Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelaksanaan Orientasi Siswa
(disadur dari berbagai sumber dan pelatihan karakter bangsa)
MOTTO: Pendidikan tanpa karakter, perdagangan tanpa moralitas, ilmu pengetahuan tanpa kemanusiaan, politik tanpa prinsip/etika, semuanya tak berguna dan sangat membahayakan
(diambil dari presentasi Tim Pendidikan Karakter Kementerian Pendidikan Nasional).
Alasan Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelakasanaan Orientasi Siswa, Mungkin kita semua sudah sering menyaksikan perilaku generasi muda yang menyimpan dari norma-norma moral, sosial maupun agama. Dalam lingkungan sosial di sekitar kita tinggal banyak dijumpai anak-anak muda yang suka mabuk-mabukan, judi, atau bahkan ada yang berani “mengompas” orang-orang yang sedang lewat. Kita juga sering mendengar anak-anak muda yang hamil di luar nikah. Begitu juga perilaku anak-anak supporter sepak bola di Surabaya (bonek) di jalan raya pada saat akan atau sehabis menonton sepak bola sungguh “menakutkan”. Perilaku bonek ini juga merambah ke kota-kota lain, seperti Malang, Jakarta. Tidak jarang mereka secara bersama-sama memaksakan kehendak menghentikan kendaraan yang lewat untuk ditumpangi tanpa peduli kendaraan itu mau kemana. Bahkan terkadang mereka juga meminta uang untuk sekedar membeli minuman atau rokok kepada setiap pengendara mobil yang ditemui di lampu-lampu merah. Perilaku seperti yang dilakukan oleh para supporter sepak bola yang rata-rata masih anak-anak muda tersebut jelas merupakan perilaku yang tidak kita harapan. Perilaku mereka telah menyimpang dari norma-norma sosial dan mengganggu ketertiban sosial, serta melangar hak-hak orang lain.
Kondisi seperti ini tentu sangat memprihatinkan kita semua. Di tengah kondisi bangsa yang sedang terpuruk secara ekonomi, moralitas generasi muda kita juga terpuruk. Keterpurukan moralitas generasi muda tentu sangat mengkawatirkan kita semua, sebab merekalah yang akan menjadi pemimpin bangsa di masa mendatang. Kita tidak bisa membayangkan seandainya bangsa ini nanti dipimpin oleh orang-orang yang tidak bermoral, mungkin negara ini akan semakin kacau. Terpuruknya perekonomian bangsa ini antara lain juga disebabkan oleh kemerosotan moralitas bangsa. Korupsi di kalangan elit politik dan birokrasi merupakan salah satu indikator kemerosotan moralitas bangsa.
Mengapa Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelakasanaan Orientasi Siswa ?
Orientasi siswa sudah kita ketahui bersama merupakan pengenalan lingkungan sekolah yang termasuk di dalamnya juga tentang berbagai aturan, tradisi, etika belajar dan besosialisasi siswa dengan masyarakat sekolah, yang diharapkan sedini mungkin diketahui dan dipahami siswa baru bersama warga sekolah lainnya.
Kenapa Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelakasanaan Orientasi Siswa ??. Ini pertanyaan yang mendasar, Sebagai siswa baru jelas mempunyai latar belakang lingkungan belajar yang beraneka warna, disiplin, setengah displin bahkan ada yang berasal dari sekolah asal yang longgar. Ada siswa yang berasal dari suatu sekolah yang begitu ketat mengontrol karakter peserta didiknya, juga ada yang suam suam kuku bahkan ada yang tetap memberi kelonggaran kepada siswanya agar siswa tidak berkurang, dikarenakan keberadaan siswa sangat berbading lurus dengan pendapatan belanja sekolah. Siswa baru akan membawa perilaku yang sudah terbentuk dari sejarah pendidikannya di sekolah asal. Perilaku yang kurang mendukung tercapainya tujuan pendidikan karakter disekolah baru wajib secepatnya dikikis secara frontal di masa orientasi siswa.
Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelakasanaan Orientasi Siswa sebagai awal memutus rantai budaya korupsi. Budaya korupsi bukan hanya melanda di kalangan birokrat, tetapi juga di kalangan elit politik dari pusat sampai daerah. Otonomi daerah yang semula diharapkan untuk menumbuhkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan, dalam praktenya justru menumbuh suburkan korupsi di kalangan elit birokrasi dan elit politik di tingkat lokal. Kewenangan yang didelegasikan oleh pemerintah pusat justru lebih banyak dipakai untuk kepentingan diri sendiri maupun kelompoknya. Kepentingan rakyat yang seharusnya mereka lindungi dan perjuangkan justru mereka abaikan. Kasus ”Gayus” dan Makelar Kasus yang saat ini sedang menjadi pembicaraan publik yang melibatkan oknum penegak keadilan jelas merupakan tindakan yang sangat kita sayangkan. Selain itu korupsi yang berwujud money politik menjadi suatu kewajaran dikala digelar pesta demokrasi di negara kita, yang terindikasi dan terbungkus dalam cara-cara tem sukses dari calon-calon. Sangat jauh dari karakter bangsa yang ditumbuhkan nenek moyang bangsa.
Pendidikan Karakter Wajib Dimasukkan dalam Pelakasanaan Orientasi Siswa sebagai cara membenahi krisis moral. Krisis moral yang ditandai dengan perilaku destruktif di kalangan masyarakat, khususnya generasi muda dan korupsi di kalangan elit politik tentu mempunyai akar permasalahan yang bisa kita gali dan kaji lebih mendalam. Tanpa menemukan akar permasalahannya, akan sulit memberi solusi yang tepat untuk mengatasi krisis moral. Perilaku sesorang tentu bukan hanya sebagai hasil pewarisan genetika, tetapi lebih merupakan hasil dari proses budaya dan pendidikan yang berlangsung di keluarga, masyarakat, dan sekolah. Ketiga lembaga tersebut (keluarga, masyarakat, dan sekolah) mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku seseorang. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Melalui pendidikan keluarga, anak dikenalkan nilai-nilai yang diyakini dan dijunjung tinggi oleh keluarga. Sedangkan di sekolah anak seharusnya dikenalkan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, karena salah satu fungsi pendidikan sekolah menurut para sosiolog (T. Parson, E. Durkheim) adalah sebagai jembatan antara keluarga dan masyarakat, sehingga pada saatnya mereka bisa hidup bersama (living together) secara damai.
Adanya berbagai perilaku menyimpang dari generasi muda dan korupsi di kalangan elit politik mengindikasikan ada hal-hal yang perlu dibenahi dalam proses pendidikan kita. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa para elit politik dan generasi muda telah menempuh pendidikan di sekolah mulai dari SD sampai ke SMA, bahkan sampai di perguruan tinggi. Untuk itu, perlu dikaji, terutama pada pendidikan dasar, bagaimana dengan pendidikan karakter di sekolah?, apakah di sekolah telah terjadi proses pembentukan karakter?, karakter seperti apa yang ingin dibentuk melalui pendidikan?, dan bagaimana cara membentuk karakter tersebut?.
Antara moral dan karakter keduanya tidak bisa dipisahkan. Karakter merupakan sikap dan kebiasaan seseorang yang memungkinkan dan mempermudah tindakan moral (Jack Corley dan Thomas Philip. 2000). Atau dengan kata lain karakter adalah kualitas moral sesorang Jika seseorang mempunyai moral yang baik maka akan memiliki karakter yang baik yang terwujud dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pendidikan karakter menjadi penting dan strategis dalam membangun bangsa.
Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan budi pekerti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Melalui pendidikan karakter kita ingin agar anak mampu menilai apa yang baik, memelihara secara tulus apa yang dikatakan baik itu, dan mewujudkan apa yang diyakini baik walaupun dalam situasi tertekan dan penuh godaan.
Model-model Alternatif Pembangunan Karakter Bangsa disekolah
Pembangunan moral dan karakter bangsa tentu juga bukan merupakan sesuatu yang dapat dilakukan secara instans, tetapi melalui proses panjang dan harus dilakukan sejak dini. Pendidikan moral dan karakter juga tidak cukup dilakukan dengan retorika, tetapi harus dikerjakan secara berkelanjutan dengan memberi keteladanan. Beberapa kegiatan siswa dan pembiasaan siswa yang digunakan dalam menumbuhkan dan mengembalikan karakter bangsa antara lain :
1. Pembiasaan 5S " Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun ".
2. Pengontrolan kedisiplinan yang menyangkut berbagai aspek tingkah laku siswa
3. Mewajibkan siswa baru mengikuti ekstrakurikuler pramuka.
4. English Day
Pembiasaan 5S sebagai model Alternatif Pembangunan Karakter Bangsa
" Senyum, Sapa, Salam, Sopan dan Santun " tidak ada bangsa Indonesia yang membantah kalau dikatakan sebagai karakter kita sebagai orang timur. Sikap ramah akan terpancarkan dari senyum dan tutur kata dalam menyapa seseorang dengan fasilitas salam jika kita berinteraksa dengan yang lain. 5S sebagai jembatan peralihan dari karakter egois, sombong ke karakter positif yang diharapkan dalam bentuk karakter ramah, empati, sopan , santun dalam bertidak dan berkata-kata.
Pengontrolan kedisiplinan yang menyangkut berbagai aspek tingkah laku siswa sebagai model Alternatif Pembangunan Karakter Bangsa
Sebagai proses pembiasaan harus dimulai dari disiplin terhadap norma/aturan yang ada. Tidak ada pribadi yang tidak disiplin yang sukses sebenar-benarnya secara batin dan realita. Kesuksesan berbanding lurus dengan kedisiplinan diri dan terhadapa masyarakatnya. Pengkontolan yang terus menerus akan berdampak positif terhadap pembiasaan sikap dan karakter siswa. Aturan peru sama-sama dipahami antara penegak disiplin dan siswa disekolah, agar dalam pelaksanaannya lebih berlaku dengan tertib, adil dan berdaya.
Pramuka sebagai model Alternatif Pembangunan Karakter Bangsa
Pramuka yang lebih menekankan para pesertanya untuk mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi dengan pendekatan konstruktivistik dan kooperatif learning tampaknya bisa dijadikan sebagai suatu alternative dalam membangun karakter bangsa. Gerakan pramuka didasari oleh Tri Satya dan Dasa Darma sarat dengan pendidikan moral dan karakter. Melalui gerakan pramuka anak-anak, bukan hanya dibina agar menjadi warga Negara yang baik, tetapi juga dibina agar menjadi manusia yang baik. Gerakan pramuka bukan hanya mendidik anak agar menjadi insan-insan yang mencintai tanah air, tetapi juga mencintai sesama warga negara, bahkan juga mencintai sesama maklhuk. Melalui gerakan pramuka anak-anak bukan hanya dibiasakan untuk hidup berdisiplin, tetapi juga jujur, bekerja keras, suka menolong sesama, dan mempunyai sikap toleran terhadap perbedaan. Mereka bukan hanya diberi pengethuan, tetapi juga langsung mempratekan pengetahuan tersebut dalam realitas yang sesunguhnya, serta diajari belajar dari realitas tersebut. Bahkan dengan mengikuti kegiatan pramuka, sejak dini anak-anak sudah diajari untuk bisa mandiri, tanpa harus menggantungkan kepada orang lain. Bahkan suatu yang khas di pramuka adalah pendidikan dilakukan dengan model-model permainan, sehingga menyenangkan (seperti moto pramuka: di sini senang, di sana senang, di mana-mana hatiku senang). Semua itu tentu dirasakan oleh siapa saja yang pernah ikut menjadi pramuka. Keceriaan, kegembiraan, kebersamaan, kejujuran, kedsisiplinan dan toleransi terhadap sesama merupakan hal yang tidak pernah lupa dari ingatan kita.
English Day sebagai model Alternatif Pembangunan Karakter Bangsa
Memang sedikit menimbulkan pertanyaan kalau ini dimasukan dalam model-model pembinaan karakter. Orang barat sangat mengakui bahwa bangsa timur menonjol dalam sikap bijaknya (wisdom), banyak mahasiswa barat bertujuan kuliah ditimur utuk mendapatkan widom ini, sehingga apa saahnya kalau kita mengambil kebanggaan bangsa barat yang memiliki bahasa internasional bahasa Inggris.
Kiranya untuk mengatasi persoalan krisis moralitas di kalangan generasi muda, pendidikan pramuka bisa dijadikan sebagai alternative untuk diintegrasikan dalam kurikulum sekolah, khususnya untuk SD dan SMP, sehingga bisa “diwajibkan” untuk semua siswa. Meskipun demikian, para guru atau Pembina pramuka juga harus mengembangkan berbagai model pembelajaran yang kreatif dan menyenangkan, sehingga menarik bagi anak-anak. Jika nilai-nilai dasa darma yang selama ini menjadi pedoman perilaku pramuka bisa ditanamkan kepada para siswa SD, kiranya akan menjadi landasan moral yang sangat kokoh bagi moralitas bangsa ke depan. Saya yakin, bagi siapa saja yang berjiwa pramuka (Tri Satya dan Dasa Dharma) mempunyai moralitas
UNIQUE TRADISIONAL @ INDONESIA, U KNOW ?? KLIK HERE PLEASE
yah..memang jaman skarang yg salah dianggap lumrah..seorang anak melakukan kesalahan tp malah bangga....
kbanyakan seperti itu..mabuk2an pngin dianggap keren gaul....mungkin itu krn pngetahuan aj yg krang mereka hanya bisa memandang ingin disegani...coba aja kita sajikan atau kliping brita2 ttg kematian org karena mnuman keras mkin mereka bisa tkut pak...