Triks ajaib Ajaib untuk Guru
GURU JANGAN MENGOMELI SISWA, terutama kalau di hadapan teman-temannya. Ini baru terjadi, siswi kelas 6 SD nekat minum cairan pembersih lantai karena malu dan terbebani perkataan ibu gurunya yang mengungkit masa lalunya (pernah mencuri uang ibunya sendiri) di depan teman sekelas. Usai sekolah, siswi 13 tahun tersebut langsung ke kedai terdekat dan membeli sachet pembersih lantai seharga Rp 1.500, dan langsung di minumnya di dalam ruang kelas. Beruntung, nyawa siswi ini selamat, karena tidak begitu banyak cairan pembersih lantai yang ada di dalam sachet masuk ke tubuhnya (JPNN.com, 8/12). Astaghfirullah... guru harus bisa menjaga kehormatan siswa. Demikian juga siswanya, harus tegar, jangan gampang mutungan, apalagi berniat Bunuh diri.... Tuliasan ini dikarenakan adanya berita :http://batam.tribunnews.com/2011/12/08/malu-dihukum-guru..-siswa-sd-nekat-minum-pembersih-lantai, membuat kita para guru seharusnya instropeksi cara mendidik.
Guru memang dituntut agar bisa bersikap bijak dalam menyikapi segala sesuatu yg terjadi dlm PBM. Bukan hanya sekedar pandai mengomeli murid-muridnya, bersikap sewenang-wenang, dan sesungguhnya yang diutamakan dalam PBM PAUD TK SD adalah kasih sayang dan perhatian adalah porsi terbanyak. Kejadian siswa bunuh diri ini apabila guru dilarang memarahi murid, waah... ini posisi sulit bagi guru SD, udahlah gak boleh mukul, hukuman fisik gak boleh, ngomel pun gak boleh.
Trik ajaib untuk mengurangi kenakalan dan kemalasan anak didik kita yang masih di SD adalah dengan memberikan perhatian lebih...antara lain
Mungkin yang harus kita pahami juga sebagai guru, anak-anak SD sekarang dalam perkembangannyanya sangat beda dengan ketika waktu kita SD dulu.Kita sempat kaget pertama kali ngajar SD karena pas kuliah prakteknya untuk ngajar SMP dan SMU tapi pas sudah lama asyik juga ngajar SD,,,,, mengikuti perkembangan mereka.
Uruslah kesalahan siswa sebagai sesuatu yang pribadi. prakteknya, ketika menegur, memberi sanksi hanya guru dan siswa yang bersangkutan yang tahu. aib dan kesalahan anak didik tidak perlu diungkap di depan teman-temannya.
Ada sedikit pertanyaan apa perlu redefinisi tentang batasan mengomel khususnya bagi siswa SD yg berbeda karakteristiknya dgn siswa SMA apalagi Mahasiswa. Bagi siswa SMA ataupun Mahaswa sdh dpt berfikir abstrak, disindir halus mungkin bisa ngerti...apa mungkin diperlakukan yang sama bagi siswa SD?. Kalau arti mengomel diatas adalah caci maki dan membuka aib siswa di masa lalu dpt dimaklumi untuk tidak boleh dilakukan, tapi kalau mengomel dilakukan dengan suara yang sedikit lebih keras dari volume biasanya dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan siswa atau memberi pencerahan juga gak boleh....cemana ya?
Guru tukang ngomel pasti punya masalah pribadi yang terbawa-bawa sampai di kelas..kasihan dia..tapi lebih kasihan siswanya jadi korban pelampiasan. Memang dalam mendidik anak kecil yang tidak sanggup membela diri, semua itu dibutuhkan dan harus digunakan. Bukanya Guru Gak Boleh Mengomeli Siswa yang Bandel. Tetapi ngomel hanya sebagai strategi bukan sebagai kebiasaan, seperti disebutkan di atas.
Sebagai Contoh , bagaimana kalau misalnya setelah berakhirnya Orde Baru, ada yang mengatakan, “Waah... ini posisi sulit bagi Polisi di masa reformasi. Udahlah gak boleh tembak mati di jalan, menyiksa gak boleh, tahan berbulan2 tanpa sidang pun gak boleh....”
Gimana ? Apa semua tindakan itu dibutuhkan polisi dalam tugas mengamankan masyarakat?
Kalau dipahami, semua tindakan itu tidak benar, dan di manca negara tidak dibutuhkan polisi dalam menjalankan tugasnya. Justru di negara2 yang paling maju di dunia, polisi yang bertindak seperti itu akan ditangkap sendiri.
Di bidang pendidikan, di negara2 yang paling maju, sudah dipahami bahwa memukul, hukuman fisik, dan ngomel BUKAN bagian benar dari bidang pendidikan.
Jadi, bagaimana mau dikatakan posisi sulit? Sama halnya dengan mengatakan posisi polisi sulit kalau nggak boleh tembak mati siapa saja di jalan, tanpa perlu proses pembuktian di dalam persidangan. Kasihan polisi. Begitu? Tentu saja tidak.
Jadi kita sebaiknya jangan melihat ini sebagai hal yang sulit. Tetapi ini adalah tanda sudah munculnya pendidikan yang BENAR, yang belum ada sebelumnya.
Polisi harus belajar untuk menangkap dan membuktikan kejahatan lewat persidangan. Tidak boleh tembak mati saja. Dan guru juga harus belajar untuk mendidikan dengan cara yang paling baik dan benar. Murid tidak boleh ditembak mati lagi.
Tapi sayangnya masyarakat kebanyakan yang belum luarrr biasa. Negara maju masyarakatnya disiplin, tertib dan motivasi belajarnya tinggi. Masyarakat kita bagaimana, apa sudah seperti itu? kemudian perhatian dan penghargaan terhadap guru di negara maju apa sama dengan kita apa belum ?. Mungkin masyarakat kita tetap seperti keadaan saat jaman penjajahan karena, kita mendidik putra putri masyarakat masih menggunakan cara-cara Belanda.
Sering dilewatkan oleh guru {guru gak tahu} membahas masalah pribadi di depan umum atau teman-temannya, terus menegur anak seperti menegur maling, dendam terbawa mati artinya pada saat ngobrol guru menegur dari a-z padahal pelanggaran dia hanya ngobrol. terakhir, diumbar di ruang guru asalah si anak.
"Kalau diambil kata yang pas adalah fleksibel saja", kata seorang guru, ada saat harus menahan diri ada saat harus keras (menegur) dengan cara yang mengandung pendidikan dan sesuai dengan situasi dan kondisi, terus terang pada saat tertentu saya pernah marahin siswa bahkan sempat menempeleng ( terpaksa tapi nggak keras..he.he)..toh Alhamdulillah si anak ngerti, bahkan pada akhir tahun ajaran sempat berterima kasih (melalui surat) bahwa klu saya tidak di tegur dengan cara githu saya mungkin tidak akan berubah..dan katanya dia lebih takut (baca hormat) sama guru dari pada ortunya..oh iya ini di SMP saya..he.he..dan Alhamdulillah sampai saat ini blom ada komplain dari siapapun ..bahkan saya jdi guru yang di senangi
Inti hubungan siswa-guru, guru-ortu adalah komunikasi. Guru selalu komunikasikan harapan, target, konsekuensi perbuatan terhadap siswa. Contoh ada seorang guru yang tidak mau berteriak dalam kelas. Kalau mereka ribut, biasanya guru itu diam tak bergeming menunggu mereka diam. Lalu mereka sadar sendiri dan diam. Guru hanya bilang, "kalian mau pulang lama atau cepat, itu kalian yang menentukan, ibu adalah orang yang sabar dan dapat menunggu sampai kalian siap." Karen siswa tahu itu kebiasaan sang guru, sekali guru meninggikan suaranya, mereka langsung sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi yang sangat tidak guru sukai. Pada dasarnya, ketika anak dididik dengan kekerasan, dia terbiasa dengan kekerasan, sehingga resistan terhadap kekerasan. Jadi baiknya mendidik anak dengan kelembutan, kesabaran dan komunikasi. Guru tetap bisa jadi guru yang tegas dengan lembut.
(merupakan kutipan dari milis guru)
UNIQUE TRADISIONAL @ INDONESIA, U KNOW ?? KLIK HERE PLEASE
Guru memang dituntut agar bisa bersikap bijak dalam menyikapi segala sesuatu yg terjadi dlm PBM. Bukan hanya sekedar pandai mengomeli murid-muridnya, bersikap sewenang-wenang, dan sesungguhnya yang diutamakan dalam PBM PAUD TK SD adalah kasih sayang dan perhatian adalah porsi terbanyak. Kejadian siswa bunuh diri ini apabila guru dilarang memarahi murid, waah... ini posisi sulit bagi guru SD, udahlah gak boleh mukul, hukuman fisik gak boleh, ngomel pun gak boleh.
Trik ajaib untuk mengurangi kenakalan dan kemalasan anak didik kita yang masih di SD adalah dengan memberikan perhatian lebih...antara lain
- Nasehati dengan sentuhan...
- tutupi kelemahan dg kelebihannya.
- jangan pelit memberikan pujian..
Mungkin yang harus kita pahami juga sebagai guru, anak-anak SD sekarang dalam perkembangannyanya sangat beda dengan ketika waktu kita SD dulu.Kita sempat kaget pertama kali ngajar SD karena pas kuliah prakteknya untuk ngajar SMP dan SMU tapi pas sudah lama asyik juga ngajar SD,,,,, mengikuti perkembangan mereka.
Uruslah kesalahan siswa sebagai sesuatu yang pribadi. prakteknya, ketika menegur, memberi sanksi hanya guru dan siswa yang bersangkutan yang tahu. aib dan kesalahan anak didik tidak perlu diungkap di depan teman-temannya.
Ada sedikit pertanyaan apa perlu redefinisi tentang batasan mengomel khususnya bagi siswa SD yg berbeda karakteristiknya dgn siswa SMA apalagi Mahasiswa. Bagi siswa SMA ataupun Mahaswa sdh dpt berfikir abstrak, disindir halus mungkin bisa ngerti...apa mungkin diperlakukan yang sama bagi siswa SD?. Kalau arti mengomel diatas adalah caci maki dan membuka aib siswa di masa lalu dpt dimaklumi untuk tidak boleh dilakukan, tapi kalau mengomel dilakukan dengan suara yang sedikit lebih keras dari volume biasanya dengan tujuan untuk memperbaiki kesalahan siswa atau memberi pencerahan juga gak boleh....cemana ya?
Guru tukang ngomel pasti punya masalah pribadi yang terbawa-bawa sampai di kelas..kasihan dia..tapi lebih kasihan siswanya jadi korban pelampiasan. Memang dalam mendidik anak kecil yang tidak sanggup membela diri, semua itu dibutuhkan dan harus digunakan. Bukanya Guru Gak Boleh Mengomeli Siswa yang Bandel. Tetapi ngomel hanya sebagai strategi bukan sebagai kebiasaan, seperti disebutkan di atas.
Sebagai Contoh , bagaimana kalau misalnya setelah berakhirnya Orde Baru, ada yang mengatakan, “Waah... ini posisi sulit bagi Polisi di masa reformasi. Udahlah gak boleh tembak mati di jalan, menyiksa gak boleh, tahan berbulan2 tanpa sidang pun gak boleh....”
Gimana ? Apa semua tindakan itu dibutuhkan polisi dalam tugas mengamankan masyarakat?
Kalau dipahami, semua tindakan itu tidak benar, dan di manca negara tidak dibutuhkan polisi dalam menjalankan tugasnya. Justru di negara2 yang paling maju di dunia, polisi yang bertindak seperti itu akan ditangkap sendiri.
Di bidang pendidikan, di negara2 yang paling maju, sudah dipahami bahwa memukul, hukuman fisik, dan ngomel BUKAN bagian benar dari bidang pendidikan.
Jadi, bagaimana mau dikatakan posisi sulit? Sama halnya dengan mengatakan posisi polisi sulit kalau nggak boleh tembak mati siapa saja di jalan, tanpa perlu proses pembuktian di dalam persidangan. Kasihan polisi. Begitu? Tentu saja tidak.
Jadi kita sebaiknya jangan melihat ini sebagai hal yang sulit. Tetapi ini adalah tanda sudah munculnya pendidikan yang BENAR, yang belum ada sebelumnya.
Polisi harus belajar untuk menangkap dan membuktikan kejahatan lewat persidangan. Tidak boleh tembak mati saja. Dan guru juga harus belajar untuk mendidikan dengan cara yang paling baik dan benar. Murid tidak boleh ditembak mati lagi.
Tapi sayangnya masyarakat kebanyakan yang belum luarrr biasa. Negara maju masyarakatnya disiplin, tertib dan motivasi belajarnya tinggi. Masyarakat kita bagaimana, apa sudah seperti itu? kemudian perhatian dan penghargaan terhadap guru di negara maju apa sama dengan kita apa belum ?. Mungkin masyarakat kita tetap seperti keadaan saat jaman penjajahan karena, kita mendidik putra putri masyarakat masih menggunakan cara-cara Belanda.
Sering dilewatkan oleh guru {guru gak tahu} membahas masalah pribadi di depan umum atau teman-temannya, terus menegur anak seperti menegur maling, dendam terbawa mati artinya pada saat ngobrol guru menegur dari a-z padahal pelanggaran dia hanya ngobrol. terakhir, diumbar di ruang guru asalah si anak.
"Kalau diambil kata yang pas adalah fleksibel saja", kata seorang guru, ada saat harus menahan diri ada saat harus keras (menegur) dengan cara yang mengandung pendidikan dan sesuai dengan situasi dan kondisi, terus terang pada saat tertentu saya pernah marahin siswa bahkan sempat menempeleng ( terpaksa tapi nggak keras..he.he)..toh Alhamdulillah si anak ngerti, bahkan pada akhir tahun ajaran sempat berterima kasih (melalui surat) bahwa klu saya tidak di tegur dengan cara githu saya mungkin tidak akan berubah..dan katanya dia lebih takut (baca hormat) sama guru dari pada ortunya..oh iya ini di SMP saya..he.he..dan Alhamdulillah sampai saat ini blom ada komplain dari siapapun ..bahkan saya jdi guru yang di senangi
Inti hubungan siswa-guru, guru-ortu adalah komunikasi. Guru selalu komunikasikan harapan, target, konsekuensi perbuatan terhadap siswa. Contoh ada seorang guru yang tidak mau berteriak dalam kelas. Kalau mereka ribut, biasanya guru itu diam tak bergeming menunggu mereka diam. Lalu mereka sadar sendiri dan diam. Guru hanya bilang, "kalian mau pulang lama atau cepat, itu kalian yang menentukan, ibu adalah orang yang sabar dan dapat menunggu sampai kalian siap." Karen siswa tahu itu kebiasaan sang guru, sekali guru meninggikan suaranya, mereka langsung sadar bahwa ada sesuatu yang terjadi yang sangat tidak guru sukai. Pada dasarnya, ketika anak dididik dengan kekerasan, dia terbiasa dengan kekerasan, sehingga resistan terhadap kekerasan. Jadi baiknya mendidik anak dengan kelembutan, kesabaran dan komunikasi. Guru tetap bisa jadi guru yang tegas dengan lembut.
(merupakan kutipan dari milis guru)
UNIQUE TRADISIONAL @ INDONESIA, U KNOW ?? KLIK HERE PLEASE
Memarahi atau menasehati (mengomel) sudah menjadi kewajiban guru. Asal tidak membuat siswa malu didepan teman-temannya